Kisah Fico #1


Gubrakkkkkk>>>>>>>>>>> (Mungkin sedikit pingsan)
Itu kalimat pertama ketika aku membaca surat bersampul cokelat.  Senang, gembira, speechless, terharu, gak nyangka, semuanya mengharu biru dalam otakku (yang sedang gak bisa mikir). Sangat sulit dipercaya akal sehat (aku mungkin sedang tidak sehat). Di luar dugaan sama sekali. Ini bukan bohong kan??? Itu pertanyaan yang paling logis dan kritis yang keluar dari mulutku (maksudku dalam keadaan yang seperti ini-sangat genting). Mungkin perasaanku ini semacam terapi syok pada pasien jantung. Atau lebih hebatnya lagi sengatan listrik pada pasien lumpuh syaraf.  Sangat menegangkan!!! (kayaknya tidak nyambung ya antara kaget dan menegangkan hehe…)
Baiklah, secara diplomatis saya akan menjelaskan ikhwal pertama kalinya. Ehem, jadi aku e saya maksudnya adalah seseorang yang sangat terobsesi menjadi penulis. Meskipun ini berawal dari kegilaan waktu kecil. Menurut Ibuku, tulisanku (yang bentuknya sangat tidak beraturan) adalah tulisan terbaik yang pernah dilihatnya. Aku masih ingat betul bagaimana ibuku bilang, “Ini bagus banget. Hebat! Tulisan kamu mantap! Kamu pasti akan jadi penulis terkenal” katanya. Sejak saat itu pikiranku cuma satu I’m a good writer!! Kejadian paling berharga itu akhirnya membulatkan tekadku untuk merealisasikannya. Merdeka hu ha!!!
Kembali ke keadaan sekarang, jadi meski sudah berkali-kali ditolak (tentu dengan perasaan sakit), surat ini adalah jawaban dari pertanyaanku selama ini. Tiba-tiba otakku langsung berpikir jika sekian kali sekian eksemplar kali sekian, woooowwwww… aku ternganga membayangkan akan bisa membayar kuliahku sampai lulus, kontrakanku sampai lima tahun kedepan, mengganti sepatuku yang pada mangap-mangap, dan tentunya membeli celana dalam baru. Ini serius? Aku hampir tak percaya ini terjadi padaku. Pada seorang yang selalu dirundung malang dan selalu penuh kesialan.  Ups, tidak-tidak!!! Tentu saja aku tidak bodoh aku hanya sedikit kurang beruntung (lebih tepatnya selalu kurang beruntung). Oh, iya, nama aku Fico pemiersah, bye.

Komentar