Kontak bahasa berhubungan
erat dengan terjalinnya kegiatan sosial dalam masyarakat yang menerima
kedatangan anggota dari satu atau lebih masyarakat lain. Thomason (2001:157)
mengatakan bahwa lingua franca menyebabkan
terjadinya kontak bahasa. Lebih jauh lagi, Thomason menyatakan bahwa tiga hal
akibat percampuran bahasa memunculkan bahasa pidgin, kreol, dan bahasa
bilingual campuran.
Pengertian Pidgin dan Kreol
Thomason (2001:159)
menyatakan bahwa pidgin adalah bahasa yang muncul dalam kontak situasi baru
yang melibatkan lebih dari dua kelompok kebahasaan. Kelompok-kelompok ini tidak
memiliki satupun bahasa yang diketahui secara luas di antara kelompok-kelompok
yang saling kontak. Mereka berkomunikasi secara teratur untuk tujuan tertentu misalnya
perdagangan. Dari beberapa kombinasi alasan ekonomi, sosial dan politik, mereka
tidak mempelajari bahasa yang digunakan oleh masing-masing kelompok, melainkan
hanya mengembangkan pidgin dengan kosakata yang secara khusus digambarkan
(meskipun tidak selalu) dari salah satu bahasa yang mengalami kontak. Tata
bahasa pidgin tidak berasal dari salah satu bahasa manapun, melainkan merupakan
sejenis kompromi persilangan tata bahasa dari bahasa-bahasa yang berkontak.
Pandangan-pandangan mengenai
pidgin di atas membawa beberapa implikasi, yaitu pidgin tidak memiliki penutur
asli dimana
pidgin selalu digunakan sebagai bahasa kedua (atau ketiga, dan seterusnya) dan secara
khusus digunakan untuk tujuan terbatas bagi komunikasi antarkelompok. Implikasi
yang kedua, yaitu pidgin mempunyai bahan lebih sedikit atau materi linguistik dibandingkan
bahasa nonpidgin–lebih sedikit kata, serta tata bahasa dan sumber gaya dalam
sintak dan wacana yang terbatas. Contoh pidginisasi terjadi pada kontak bahasa pada
bahasa Bali, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris dalam kawasan pariwisata di
Bali.
Kreol
berbeda dengan pidgin karena mempunyai penutur asli.
Seperti pidgin, kreol berkembang dalam kontak situasi yang di dalamnya melibatkan lebih
dari dua bahasa. Kreol secara khusus menggambarkan leksikonnya, namun tidak gramatikanya. Grammar kreol sama seperti pidgin
yang berasal dari persilangan bahasa yang dikompromikan oleh kreator, seseorang
yang mungkin atau tidak mungkin memasukkan penutur asli dari bahasa lexfier.
Thomason (2001:198) juga
menyebutkan akibat lain dari kontak bahasa adalah bahasa bilingual campuran (bilingual mixed languages). Pengistilahan ini merujuk pada fakta
bahwa bahasa tersebut diciptakan oleh dwibahasawan, hanya saja agak sedikit
melenceng karena pada dasarnya tidak ada batasan berapa jumlah bahasa yang bisa
digabungkan untuk membentuk bahasa bilingual campuran ini. Oleh sebab itu,
tidak ada alasan mengapa multibahasawan tidak dapat membentuk sebuah bahasa
campuran dengan menggambarkan pada tiga atau lebih bahasa yang mereka tuturkan,
meskipun Thomason juga mengatakan bahwa dia tidak tahu satupun bahasa campuran
yang stabil dimana semua komponennya tergambar lebih dari dua bahasa.
Chaer dan Agustina (2010: 84)
berpendapat bahwa peristiwa-peristiwa kebahasaan yang mungkin terjadi sebagai
akibat adanya kontak bahasa adalah peristiwa bilingualisme, diglosia, alih
kode, campur kode, interferensi, integrasi, konvergensi, dan pergeseran bahasa.
1.
Bilingualisme
Spolsky menyebutkan bahwa
bilingualisme ialah ketika seseorang telah menguasai bahasa pertama dan bahasa
keduanya. Dengan kata lain, bilingualisme merupakan penguasaan seseorang terhadap dua bahasa atau lebih (bukan bahasa ibu) dengan
sama baiknya. Bilingualisme terjadi pada penutur yang telah menguasai B1
(bahasa pertama) kemudian ia juga mampu berkomunikasi dengan B2 (bahasa kedua)
secara bergantian dengan baik.
2.
Diglosia
Ferguson (melalui Chaer dan
Agustina, 2010:92) menggunakan istilah diglosia untuk menyatakan keadaan suatu
masyarakat dimana terdapat dua variasi dari satu bahasa yang hidup berdampingan
dan masing-masing mempunyai peranan tertentu. Misalnya, bahasa Jawa yang di dalamnya terdapat
bahasa Jawa ngoko,
madya, dan kromo.
3.
Alih kode
Alih kode merupakan
peralihan dari kode yang satu ke kode yang lain, baik pada tataran antarbahasa,
antarvarian (baik regional atau sosial), antarregister, antarragam, dan
antargaya. Secara umum alih kode adalah pergantian (peralihan) pemakaian dua
bahasa atau lebih,beberapa variasi dari satu bahasa, atau beberapa gaya dari
satu ragam bahasa. Contoh alih kode ketika penutur A dan B sedang bercakap-cakap
dengan menggunakan bahasa sunda kemudian datang C yang tidak mengerti bahasa
sunda maka A dan B beralih kode dalam bahasa Indonesia yang juga dimengerti
oleh C.
4.
Campur kode
Thelender (melalui Chaer dan
Agustina, 2010:115) mencoba menjelaskan mengenai alih kode dan campur kode. Bila dalam
suatu peristiwa tutur terjadi peralihan dari satu klausa suatu bahasa ke klausa
bahasa lain, maka peristiwa yang terjadi adalah alih kode. Tetapi apabila di
dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun frase-frase yang digunakan
terdiri dari klausa dan frase campuran (hybrid
clauses, hybrid phrases), dan masing-masing klausa atau frase itu tidak
lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri, maka peristiwa yang terjadi adalah
campur kode bukan alih kode.
5.
Interferensi
Interferensi adalah
penyimpangan norma bahasa yang terjadi di dalam tuturan dwibahasawan
(bilingualisme) sebagai akibat dari pengenalan lebih dari satu bahasa dan
kontak bahasa itu sendiri. Interferensi meliputi interferensi fonologi,
morfologi, leksikal, dan sintaksis. Contoh interferensi fonologi pada kata Bantul menjadi mBantul. Interferensi morfologi pada kata terpukul
menjadi kepukul. Hal ini terinterferensi bahasa Indonesia oleh bahasa jawa.
Interferensi sintaksis pada kalimat di
sini toko laris yang mahal sendiri menjadi toko
laris adalah toko yang paling mahal di sini.
6.
Integrasi
Integrasi merupakan bahasa
dengan unsur-unsur pinjaman dari bahasa asing yang dipakai dan dianggap bukan unsur pinjaman,
biasanya unsur pinjaman diterima dan dipakai masyarakat setelah terjadi
penyesuaian tata bunyi atau tata kata dan melalui proses yang cukup lama.
Contoh police dari bahasa Inggris
yang telah diintegrasikan oleh masyarakat Malaysia menjadi polis, kata research juga telah diintegrasikan
menjadi riset.
7.
Konvergensi
Secara singkat Chaer dan
Agustina (2010: 130) menyatakan bahwa ketika sebuah kata sudah ada pada tingkat
integrasi, artinya kata serapan itu sudah disetujui dan converged into the new language. Karena itu proses yang terjadi
dalam integrasi ini lazim disebut dengan konvergensi. Misalnya, Klonyo berasal dari eau de
cologne, sirsak berasal dari zuursak, sopir berasal dari chauffeur, dan lain sebagainya.
8.
Pergesesan bahasa.
Pergeseran bahasa (language shift) menyangkut masalah
penggunaan bahasa oleh seorang penutur atau sekelompok penutur yang terjadi
akibat perpindahan dari satu masyarakat tutur ke masyarakat tutur lain (Chaer
dan Agustina, 2010:142). Kalau seorang atau sekelompok orang penutur pindah
ketempat lain yang menggunakan bahasa lain dan bercampur dengan mereka maka
akan terjadi pergeseran bahasa.
Referensi:
Abdul Chaer dan Agustina, Leonie. (2010).
Sosiolinguistik perkenalan awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Sarah G.Thomason. (2001). Language contact. Edinburg: Edinburg University Press Ltd.
Komentar
Posting Komentar