Fenomena
kebahasaan yang muncul dalam masyarakat sangat komplek dan beragam. Ditinjau
dari fungsinya, bahasa merupakan alat untuk mengkomunikasikan perasaan,
pikiran, dan gagasan kepada orang lain dengan style tertentu yang mencerminkan entitas diri penuturnya. Seseorang
yang memiliki kepentingan tertentu dapat menyampaikan maksud dan tujuannya
kepada orang lain melalui media bahasa. Kridalaksana (1993:21) menyatakan bahwa
bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para
anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri. Selanjutnya, Abdul Chaer dan Leonie Agustina
(2004:11) juga menyebutkan bahwa hakikat bahasa antara lain bahwa bahasa itu
sebuah sistem lambang, berupa bunyi yang arbitrer, produktif, dinamis, beragam,
dan manusiawi. Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik benang merah bahwa
bahasa merupakan sistem lambang bunyi
yang digunakan manusia dalam berkomunikasi dengan sesama untuk tujuan berkomunikasi.
I Dewa Putu Wijana. (2006). Sosiolinguistik : kajian teori dan analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dalam
kegiatan kemasyarakatan, bahasa merupakan elemen penting karena dengan bahasa
manusia dapat menyampaikan maksudnya kepada orang lain. Kegiatan bahasa dapat diwujudkan
dalam bentuk berbahasa secara formal maupun non formal. Dalam tataran formal
misalnya pengajaran di kelas, bahasa pidato, presentasi produk, presentasi
ilmiah, dan lain-lain. Berbahasa dalam bentuk nonformal misalnya ketika bercanda,
curhat, ngobrol santai, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa bahasa merupakan suatu kodrat alami yang melekat pada diri
manusia untuk berinteraksi dengan sesamanya.
Memiliki kemampuan
berbahasa Indonesia adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi masyarakat
Indonesia, tidak terkecuali siswa. Dalam bidang pendidikan dan pengajaran di
sekolah, bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran pokok. Pelajaran bahasa
Indonesia diajarkan berdasarkan kurikulum yang berlaku yang di dalamnya
(kurikulum pendidikan) tercantum beberapa tujuan pembelajaran. Salah satu
tujuan pokoknya adalah mampu dan terampil berbahasa Indonesia dengan baik dan
benar setelah mengalami proses belajar mengajar di sekolah. Seperti yang telah
diungkapkan di atas, bahasa sangat erat hubungannya dengan konteks sosial
sehingga menjadi wajib hukumnya bagi para praktisi pendidikan untuk mempelajari
sosiolinguistik.
Pengertian
sosiolinguistik
Masyarakat Indonesia yang majemuk
merupakan bentuk dinamika sosial yang heterogen. Dalam kehidupan sosial masyarakat
yang kompleks tersebut wajar jika kemudian muncul bermacam-macam persepsi
mengenai sosiolinguistik. Holmes (1992:1) menyatakan bahwa sosiolinguistik mempelajari
hubungan antara bahasa dan masyarakat, antara penggunaan bahasa dan struktur
sosial dimana pengguna bahasa itu tinggal. Ilmu ini menjelaskan mengapa
seseorang berbicara berbeda dalam konteks sosial yang berbeda, mengenali fungsi
sosial bahasa, dan bagaimana fungsi tersebut digunakan untuk menyampaikan makna
sosial yang terkandung di dalamnya. Kridalaksana (1993:201) juga memberikan
pengertian sosiolinguistik sebagai cabang linguistik yang mempelajari hubungan
dan saling pengaruh antara perilaku bahasa dan perilaku sosial. Wijana juga
berpendapat bahwa sosiolinguistik merupakan cabang linguistik yang memandang
atau menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakai bahasa itu
di dalam masyarakat (2006:7). Hal senada juga diungkapkan Sumarsono (2007:2) yang
mendefinisikan sosiolinguistik sebagai linguistik institusional yang berkaitan
dengan pertautan bahasa dengan pemakai bahasa itu. Berdasarkan pengertian di
atas, dapat diketahui bahwa sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin (sosiologi
dan linguistik) yang mempunyai hubungan sangat erat.
Dalam
pandangan sosiolinguistik, bahasa tidak saja dipandang sebagai gejala
individual, tetapi merupakan gejala sosial. Sebagai gejala sosial, bahasa dan pemakaiannya
ditentukan oleh faktor-faktor linguistik seperti status sosial, tingkat pendidikan,
umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin, dan faktor-faktor nonlinguistik siapa
berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana, dan mengenai
masalah apa. Dalam kegiatan pengajaran, bahasa yang digunakanpun harus sesuai
konteks tujuan yang ingin dicapai tanpa mengabaikan kaidah-kaidah pokok yang
berlaku dalam bahasa yang bersangkutan. Misalnya, seorang guru harus memilih
diksi yang tepat dalam pengajaran ketika menerangkan, kapan harus menggunakan
kalimat yang bernada perintah, persuasif, permisif, dan sebagainya.
Mengapa sosiolinguistik itu penting?
Berbahasa
tampaknya merupakan hal yang lumrah
dalam komunikasi sehari-hari sehingga banyak orang menganggap mempelajari sosiolinguistik
bukan hal yang penting. Padahal, dengan mengetahui berbagai aspek dalam
disiplin ilmu ini akan memberikan banyak manfaat, terutama dalam bidang
pengajaran. Tidak dapat dipungkiri bahwa kajian sosiolinguistik sangat luas dan
mendalam. Salah satu contohnya adalah kajian mengenai variasi bahasa yang digunakan
dalam interaksi pembelajaran di kelas. . Seorang pendidik yang menginginkan
proses pembelajarannya berhasil tentunya juga harus memperhatikan konteks
pembicaraannya agar materi yang disampaikan dapat dipahami peserta didik dengan
baik. Setiap fenomena kebahasaan ini menarik untuk diteliti karena setiap
fenomena memiliki nilai sebagai ilmu pengetahuan. Setiap fenomena kebahasaan
memiliki implikasi yang penting untuk diteliti dan diketahui oleh manusia dalam
hubungannya dengan masyarakat sebagai bagian dari komunikasi sosial untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan.
Apa itu pengajaran bahasa Indonesia?
Pengajaran bahasa
Indonesia dalam kaitannya dengan pemahaman sosiolinguistik mempunyai peranan
yang penting di dalam dunia pendidikan. Ketika seorang pendidik memberikan
pengajaran kepada anak-anak didiknya harus menggunakan bahasa Indonesia dengan
baik dan benar. Apabila seorang pendidik mengunakan bahasa yang kurang baik, hal
itu akan dicontoh oleh anak didiknya. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai
bagaimana menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam konteks
pembicaraan tertentu sangat penting dari sudut pandang linguistik.
Fungsi pendidikan
bahasa dapat dibagi manjadi empat subfungsi. (1) Fungsi integratif, yaitu
memberi penekanan pada penggunaan bahasa sebagai alat yang membuat anak didik
ingin dan sanggup menjadi anggota suatu masyarakat. (2) Fungsi instrumental,
yaitu penggunaan bahasa untuk tujuan mendapat keuntungan material, memperoleh
pekerjaan, meraih ilmu, dan sebagainya. (3) Fungsi kultural, yaitu penggunaan
bahasa sebagai jalur mengenal dan menghargai suatu sistem nilai dan cara hidup atau
kebudayaan suatu masyarakat. (4) Fungsi penalaran, yaitu memberikan lebih
banyak tekanan pada penggunaan bahasa sebagai alat berpikir dan mengerti serta
menciptakan kosep dengan pendek untuk bernalar. Fungsi penalaran bahasa
Indonesia ini didukung pula oleh latihan-latihan bernalar dalam mata pelajaran
lain. Berdasarkan uraian di atas, secara singkat dapat dikatakan bahwa arah
tujuan pengajaran bahasa Indonesia adalah terampil menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar sesuai tujuan yang ingin dicapai.
Secara umum, tujuan pengajaran bahasa Indonesia
memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional
peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang
studi. Dengan pembelajaran bahasa memungkinkan untuk saling berkomunikasi dan
berbagi pengalaman untuk meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah
diharapkan membantu siswa mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang
lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang
menggunakan bahasa tersebut dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis
dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Pendidikan bahasa Indonesia diarahkan
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta
menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
Hubungan sosiolinguistik dengan
pengajaran bahasa
Suatu program pengajaran bahasa yang
menyeluruh dan terpadu tidak dapat dilepaskan dari pemberian input kebahasaan
dan aspek-aspek kebudayaan yang hidup dan melekat pada masyarakat yang
bersangkutan. Hal ini perlu dilakukan agar peserta didik dapat mengaplikasikan
kecakapan linguistik dan keterampilan berbahasa dalam suatu konteks
budaya sebagaimana dianut oleh suatu masyarakat.
Dalam
bidang pendidikan, seorang guru ketika menyampaikan materi pembelajaran harus
memilih diksi yang tepat agar siswa mampu memahami materi yang disampaikan.
Selain itu, dalam menyampaikan materi harus inovatif dengan memanfaatkan
berbagai style bahasa agar tidak terkesan
monoton dan pembelajranpun terkesan lebih hidup dan menyenangkan. Keuntungan
lainnya adalah kita menjadi lebih bisa
ngemong ketika berkomunikasi dengan berbagai peserta didik dari berbagai
latar belakang yang berbeda. Ketika mengajari materi membaca pada kelas yang
hiperaktif tentu berbeda gayanya dengan kelas yang pendiam. Pengenalan
dasar-dasar sosiolinguistik terutama berkaitan dengan tindak tutur sebaiknya
dikenalkan sedini mungkin kepada peserta didik. Pemahaman konteks yang baik
dalam pengajaranpun akan berimbas pada siswa. Guru akan menjadi model yang
paling aktual dan dekat dengan siswa. Tingkah laku, bahasa yang digunakan, gestures guru tentu sangat diperhatikan
siswa dan sedikit banyak akan menjadi salah satu model dalam bersikap. Dengan
kata lain, pemahaman ini secara tidak langsung akan membantu guru dalam
mendidik siswa bertindak tutur dan pembentukan karakter peserta didik yang
baik.
Secara
konkrit, peranan sosiolingistik terhadap pengajaran bahasa pada intinya menilai
bahasa tidak sekadar alat untuk berkomunikasi atau menyampaikan gagasan, tetapi
lebih kompleks dari sekedar hal itu. Sosiolingistik memberikan suatu point of view yang bahwa bahasa itu
dinamis, tidak terpaku pada satu ukuran, tetapi harus melihat hal-hal lain yang
berhubungan dengan sisi sosialnya. Jadi, dapat dikatakan bahwa sosiolinguistik menjembatani
pemahaman dalam pengajaran bahasa di sekolah sehingga dapat diperoleh suatu
pemahaman yang komprehensif tentang mata pelajaran untuk memperluas wawasan, meningkatkan
pengetahuan berbahasa berikut kemampuan berbahasa intelektual, serta kematangan
emosional dan sosial. Dengan memahami peran penting sosiolinguiatik berarti
berkontribusi dalam peningkatan komunikasi sosial dalam interaksi antarsesama
yang lebih santun dan berbudaya. Selain itu, harapannya siswa juga mampu
menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kompetensi dan skill-nya sehingga terbentuk
manusia-manusia Indonesia yang memiliki kemampuan intelektual tinggi, santun,
berbudaya, dan berwawasan Indonesia.
Referensi
Abdul
Chaer dan Leonie Agustina. (2004). Sosiolinguistik:
perkenalan awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Harimurti Kridalaksana.
(1993). Kamus linguistik edisi ke tiga.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Janet Holmes. (1992).
An introduction to sosiolinguistics.
England: Longman Group UK.
Sumarsono. (2011). Sosiolinguistik. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Komentar
Posting Komentar