Mendengar namaku
sebagian besar orang pasti berpikir bahwa aku adalah laki-laki. Memang nama
yang disematkan oleh orang tuaku sedikit tidak biasa dan ada semacam sifat
prianya. Sangat mungkin ini mengilhami
pula sifat tomboy yang ada pada diriku.
Baiklah, aku akan sedikit menceritakan tentang hidupku. Aku terlahir
dengan nama Ridan. Nama yang konon berisi harapan tinggi. Mereka juga
menyematkan Darojah sebagai nama belakangku. Agar terlihat sisi wanitanya,
orang tuaku memberi label Umi ditengah namaku sehingga nama lengkapku adalah
Ridan Umi Darojah. Menurut bapakku namaku ada banyak unsur arabnya. Ridan
berasal dari kata ridho yang artinya ikhlas/rela. Huruf /n/ yang nyempil di
belakangnya adalah inisial dari bulan kelahiranku yaitu November. Umi artinya
ibu dan Darojah artinya derajad. Jadi, jika digabungkan namaku memiliki arti
sebuah harapan agar aku menjadi seorang perempuan yang memiliki jiwa ikhlas dan
senantiasa menjaga derajad, kehormatan, dan harga dirinya. Sungguh doa yng luar
biasa telah tersemat dinamaku sejak aku
menatap indahnya dunia. Subkhanallah, terima kasih ayah-ibu yang telah
menyisipkan doa yang hebat untuk menemani perjalanan putri kecilnya yang sampai
saat ini sedang berjuang mengenal dunia.
Menurut ibuku,
aku dilahirkan cukup lama dan selama hampir 24 jam ibuku menahan sakitnya.
Hingga pada akhirnya pada saat fajar terbit lahirlah aku di tanggal yang cantik
221188. Meskipun angka
kelahiranku terlihat runtut ternyata dalam perhitungan orang jawa kurang baik
karena hari lahirku sama pasarannya dengan hari lahir ayahku. Berdasarkan adat
setempat, akupun harus dibuang di tempat sampah. Alhasil aku menemui beberapa
episode diriku yang dibuang dan ditemukan oleh seorang Mbah Dukun Beranak ynag
dikenal dengan nama Mbah Sumi. Sudah menjadi kelumrahan siapapun ynag menemukan
bayi yang dibuang harus menggangkat bayi
tersebut sebagai anaknya. Aku yang tentunya saat itu tak tahu apapun selain hanya
menyerahkan keputusan kepada orang-orang besar yang ada di sekelilingku. Tentu
setelah dewasa sekarang ini aku berjanji bahwa aku harus menjadi orang yang
hebat sehingga aku pastikan tak akan ada seorangpun yang akan membuangku.
Dengan Mbah Sumi
ini akhirnya terbangun kedekatan yang tak diketahui dari mana asalnya. Kami
akrab dengan sangat dan bahkan aku bebas bermanja-manja dengannya. Hal ini aku
akui sebagai satu keuntungan tersendiri untuk meluapkan ego manjaku. Dan
tentunya setiap orang di sekelilingku selalu mengingatkan bahwa Mbah ini adalah
ibuku. Kejadian ini nantinya akan memberikan warna tersendiri karena selama aku
belum ditebus oleh ibuku dengan memberikan bahu, jarit, dan kembang beraneka
warna aku masih dianggap anak oleh Mbah Sumi. Tepatnya, proses penebusan ibuku
yang cukup dramatik ini dilakukan ketika aku berusia 22 tahun. Dengan seperangkat
barang yang sudah disiapkan aku mengikuti ibuku menuju rumahnya. Dengan
beberapa doa akhirnya aku dilepas oleh Mbah Dukun dan menjadi anak ibukku yang
sebenarnya dan seutuhnya. Ini adalah salah satu nilai kejawen yang aku temui.
Komentar
Posting Komentar