(Meski
hari berangsur senja, ternyata mereka tidak menyerah dan mengaku kalah). Mereka
melanjutkannya dengan jantung berdetak lebih dari biasanya).
Dimana
hatimu? Tahukah kau untuk siapa aku bekedip tiap menit?
Kau tak lebih dari cagak mati tak
berarti. Dan aku tak peduli.
Jangankan
menatap. Melongospun tidak.
Tak perlu bicara layaknya roh
kudus.
Kaupun
hanya diam laksana bunda maria. Kau terlalu terpaku mengejar bayangan yang
entah sampai kapan akan terus meninggalkanmu.
Ah kau tak beda dengan Rayya dan sayangnya aku tak penah bisa
mengimbangimu seperi Arya. Aku hanya
Kemal yang dengan mudah kau campakkan.
Rayya itu milik dunia dan dunia
terlalu luas disinggahi banyak suku kata. Dunia perlu ditutup mungkin? Ide
bagus bukan?
Dunia
tidak harus ditutup justru otak sempitmu yang harus dibuka. Otakmu terlalu
cerdas untuk dikurung di tempurung kepala. Ingin sekali kupecahkan kepalamu yng
congkak itu.
Tak usah mengguruiku layaknya
Siwa. Kau bukan dewa yang tahu segalanya.
Dan
kau tak perlu memohon laksana guru besar. Ingat! Kau juga bukan dewi yang
leluasa menggoda para dewa.
Kau menyindirku? Aku tak pernah
mohon padamu (kecuali tentu saja kalau aku butuh) hahahaha… Aku benci kata
dewi. Sok suci!
Untuk
apa aku menyindir orang yang tak punya hati?
Tepat! Hatiku sudah kugadaikan di
loakan dan tukang koran biar jadi buruan berita wisatawan.
Saat
kau terluka kau datang padaku. Saat lukamu mongering kau asik bersamanya. Kamu
kira aku betadine?
Tidak usah sok baik menyangkut
pemberitaan absurd.
Kau
bahkan tak meluluskan satupun permintanku padahal mungkin itu permintaan
terakhirku.
Kau bukan Tuhan yang tahu kapan
akan dideadlinekan menghadap.
Kau
juga bukan setan yang selalu menyakitkan bukan?
Apa pedulimu? mau setan, iblis,
malaikat, psikopat.
Kau
tak pernah berubah. Selalu merasa aneh melihatku.
Aku makin muak dengan lelucon
ini.
Jadi
selama ini kau anggap aku sedang melucu? Akting? Kau sering bertanya kenapa aku
selalu baik denganmu.
Jawabnya, karena kamu bukan orang
baik jadi kau berpura-pura baik. Itu jawaban paling diplomatis sepanjang masa
bukan.
Kelak
kau akan tahu jawabnya ketika aku tak lagi baik. Itu akan mengerikan.
Jadilah setan sekarang, biar
wujudmu kelihatan.
Aku
memang setan. Aku pemuja nafsu.
Biar orang tak hanya melihatmu
dalam bingkai kesopanan yang dibalut sutera. Biar orang tahu kau durjana
pengoleksi dosa.
Dan
sesungguhnya itulah yang kulihat pada dirimu. Bukankah sudah kukatakan padamu
semua hal tentang hidupku. Di depanmu aku berasa tidur telanjang dan kau dengan
mudahnya membedah semua otak, jantung, dan hatiku tanpa aku berdaya untuk
menolak.
Aku muak, muak, muak. Kita tutup
epilog ini.
Hehe…
(tertawa kecut) jangan kau kira aku tak tahu, obrolan ini terjadi hanya karena
kau gagal membunuh sepi.
Terima kasih nasehatnya.
(Demikianlah
mereka akhirnya sama-sama diam kelelahan saling menuding).
Malaikat Iblis kau masih hidup?
BalasHapus