Lebaran memang merupakan hari yang istimewa
terlebih bagi umat muslim. Setiap tahun, lebaran selalu identik dengan
berkumpul bersama keluarga. Biasanya,
pada hari ini pula anggota keluarga yang merantau akan pulang kampung demi
merayakan momen bahagia tersebut bersama keluarga. Selain momen kebersamaan
yang ditunggu tersebut ternyata juga menciptakan fenomena baru, yaitu munculnya
orang-orang yang meminta sumbangan. Cara
yang ditempuhpun tergolong kreatif mulai dari model mengemis dari rumah ke
rumah, mengirim proposal, meminta sumbangan seiklasnya sambil menunjukkan KTP
sampai menceritakan derita hidupnya (entah benar atau tidak) sambil menangis. Meskipun
meminta sumbangan bukanlah hal yang baru lagi tetapi pada saat-saat seperti
sekarang ini dimana semua orang didesak kebutuhan yang beraneka ragam kejadian
semacam ini semakin marak.
Menurut hemat saya ini membuat miris. Agama
islam itu rahmatan lil ‘alamain, yaitu
rahmat bagi semesta alam. Agama ini datang dengan penuh kedamaian dan
mengajarkan kebaikan. Dalam tata cara hidup, Islam mengajarkan umatnya untuk
hidup sederhana dan berjiwa penderma. Akan tetapi, melihat fenomena sekarang
ini tampaknya ajaran ini semakin lama ditinggalkan. Karena digempur berbagai
kebutuhan tampaknya orang-orang ini lebih menyukai cara yang instan dengan menjadi
peminta belas kasihan. Orang yang memberi uang belum tentu karena kasihan
tetapi sangat mungkin karena tidak enak
hati. Belum lagi kenyataan yang ditemui orang-orang yang meminta-minta bukanlah
orang yang miskin. Mereka sehat, kuat, tapi malas. Rumah yang ditempati tidak
dapat dikategorikan sebagai warga miskin. Banyak pula yang memiliki rumah
gedung, punya hewan ternak, dan alat transportasi misalnya motor. Hal ini
adalah pengalaman nyata yang saya alami hari ini (040813) dimana ada seorang
ibu-ibu yang datang dengan segudang cerita dan menitikkan air mata disertai
pujian dan gombalan agar memberikan uang. Setelah memperoleh apa yang dia
minta, Si Ibu ini keluar gedung dan berjalan kaki. Ternyata sebenarnya dia
membawa motor yang diparkir di pojokan hotel. Melihat hal ini saya hanya bisa
menghela nafas. Di sisi lain, orang yang lebih menggantungkan pada meminta
belas kasihan pada orang lain sama saja merendahkan harga dirinya di hadapan
orang-orang lain. Banyak hal yang sebenarnya dapat dilakukan untuk memperoleh
uang daripada menjadi peminta-minta. Demi kepingan maupun lembaran uang, mereka
rela menanggalkan rasa malu dan membuang muka. Ya Rabb berilah kekuatan kepada
hamba-hamba-Mu yang muslim agar memiliki rasa takut pada-Mu sehingga selalu
mampu mensyukuri nikmat yang ada dan memiliki rasa malu sehingga tak akan lagi
merendahkan harga diri demi uang. Aamin.
Komentar
Posting Komentar