23
APRIL 2013
Pengalaman
yang cukup menggelikan dan sekaligus menjengkelkan. Pulang kuliah sore,
basah-basahan pula, eh di depan kampus ada banjir melanda. Banjir tingginya
sampai sedengkul orang dewasa, udah gitu alirannya deres pula. Ini hal pertama
sejak aku kuliah di UNY enam tahun silam. Tentu saja banjir kiriman (yang
ternyata berasal dari luapan got) ini membuatku kaget sekaligus ngeri. Tidak
hanya itu, karena jalanan tertutup banjir maka para pengendara tidak bisa
melihat kondisi fisik jalan secara jelas. Alhasil, motor saya masuk got!!!
Untunglah suasana yang ramai sehingga pertolonganpun datang dengan cepat (Thx
mas…).
Setelah
kejadian itu, aku berpikir bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi? Mengapa ada
banjir yang begitu hebatnya di jalan utama yang notabene ada saluran got dan
pohon-pohon tumbuh rindang? Ironisnya lagi, kejadian ini bukan yang pertama.
Menurut informasi yang aku terima, hampIr setiap hujan lebat lokasi tersebut banjir.
Bahkan, jika keadaan darurat pernah ditutup juga. Woww!!! (Aku geleng-geleng
kepala selaku korban).
Ketika
peristiwa ini aku ceritakan kepada beberapa orang yang beberapa kali mengalami
kejadian serupa mengatakan bahwa banjir tersebut wajar. Wajar? Sekarang
keningku lebih berkenyit lagi. Bagaimana bisa? Menurut informasi yang beredar,
got-got yang mengarah ke daerah Samirono banyak yang buntet karena
sampah-sampah sehingga air tidak bisa melewati got. Oleh karena itu, air yang
cerdik inipun memilih meluap dan menggenangi jalanan sehingga arus
transportasipun terganggu. Kalau sudah begini, salah siapa? Siapa yang wajib
bertanggung jawab? Siapa yang merasakan dampaknya? Apakah masyarkat dan
pihak-pihak yang terkait akan tetap diam menlihat kenyataan semacam ini?
Sungguh miris. Tahun ini (2014)
gorong-gorong sudah diperbaharui, semoga gak aka nada lagi banjir semacam ini
terjadi.
Inilah
sebenarnya potret perilaku masyarakat kita. Tampaknya kesadaran untuk
membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya belum membudaya. Ketika musibah
menimpa tak banyak yang bisa dilakukan kecuali pasrah. Menurutku, sudah saatnya
kita selaku masyarakat lebih menyadari arti kebersihan lingkungan. Selain itu,
kita sudah selayaknya saling bekerja sama dan saling mengingatkan, tansah eling lan waspada dalam menjaga
lingkungan kita. Harapannya kedepan, kejadian seperti ini dan yang menimpa
tidak terulang lagi (crissaniyaridhan@gmail.com).
Komentar
Posting Komentar