Berita
heboh berkaitan dengan pembakaran siswi smk YPKK di Sleman (Kedaulatan Rakyat, 17
April 2013) menggegerkan publik Yogya. Pasalnya, kota pelajar yang terkenal
adem ayem ini tiba-tiba saja muncul kasus pembunuhan sadis yang sangat tidak berperikemanusiaan.
Bayangkan saja seorang siswi yang masih remaja diperkosa beramai-ramai, dibunuh
dan mayatnya dibakar. Sungguh ini menyentil hati nurani kita. Bahkan, kita
sebagai warga Yogya rasanya sangat sulit menerima kenyataan ini. Bagaimana
mungkin kejadian ini bisa terjadi di kota yang mendapatkan julukan kota
pelajar? Kota tercinta yang menjadi tujuan belajar dari berbagai provinsi?
Mengapa hal ini dapat terjadi? Sungguh sangat disayangkan.
Apapun
alasan yang diungkapkan oleh para pelaku pembunuhan ini, tetap tidak dapat
dibenarkan. Penghilangan nyawa seseorang dengan motif apapun termasuk tindakan kriminal
yang melanggar hukum. Para pelaku bahkan dapat dikenai pasal berlapis terhadap
tindakan yang dilakukan, yaitu pembunuhan, pemerkosaan, dan pembakaran jenazah.
Seperti yang diberitakan di media massa bahwa pelaku masih berusia 17 tahun.
Usia remaja yang masih sangat labil dan penuh emosi. Remaja seusia ini apabila
tidak mendapatkan bimbingan yang baik sekaligus kurang memiliki ruang berkreasi
biasanya cenderung melampiaskan ke hal-hal negatif. Salah satu tindakan yang
dilakukan oleh para pelaku ini adalah mengkonsumsi miras. Miras ini menyebabkan
adrenalin dalam darahn meningkat sehingga terpacu untuk melakukan hal-hal di luar
batas kendali dan di luar batas kewajaran.
Selain
kejadian tersebut, ada satu hal yang menarik dalam kasus ini. Tindakan yang
dilakukan oleh dua tersangka remaja ini diotaki oleh ayah salah satu tersangka
sendiri. Berdasarkan pengakuan tersangka (Kedaulatan Rakyat, 23 April 2013)
tindakan kejahatan ini sudah direncanakan sebelumnya oleh sang ayah yang
terkenal sebagai orang pandai. Bahkan, sang ayah ikut beramai-ramai memperkosa
sang korban. Gila!!! Hal ini mencerminkan betapa bobroknya nilai-nilai moral
yang ada di masyarakat. Seorang ayah yang seharusnya memberikan suri tauladan
kepada anaknya, membimbing, mengayomi, memberikan arahan ternyata malah
mendukung bahkan meminta sang anak melakukan tindakan kriminal. Ini sungguh di
luar norma-norma yang berlaku.
Tentu
masyarakat akan terus mengawal kasus ini hingga selesai. Masyarakat pada
umumnya mengharapkan penyidik kepolisian dapat segera bertindak tegas dan
mengambil tindakan nyata guna menyelesaikan konflik yang membakar emosi ini.
Dukungan dari berbgai pihak baik dari keluarga korban, sekolah, kepolisian, dan
masyarakat pada umumnya sangat diperlukan guna menuntaskan kasus ini. Tidak
lain, kasus ini bisa menjadi bahan renungan kita bersama. Apa sekiranya yang
perlu diperbaiki dalam tatanan kemasyarakatan kita? Apakah pendidikan karakter
perlu kembali ditekankan dalam pembelajaran? Apa yang salah dalam sistem pengajaran
moral di sekolah dan di rumah? Tampaknya hati nurani kita sendiri yang harus
menjawab semua pertanyaan ini (00.47)
Komentar
Posting Komentar