Pertunjukan Ramayana Gratis? (Aku Punya Ceritanya)




Pengalaman ini terjadi sekitar empat tahun yang lalu, tepatnya tahun 2010. Awal mula kejadian ini ketika aku mengulang sebuah mata kuliah yang judulnya cukup menarik, Apresiasi Seni. Berhubung beberapa teman sudah mengulang lebih dahulu maka di tahun itu aku adalah satu-satunya mahasiswa tua yang  harus mengekor adik angkatan. Dari sinilah semuanya berawal.

Sebagai mahasiswa yang sudah tak lagi muda dan sok sibuk, aku sedikit kurang rajin mengikuti kuliah ini. Apalagi aku sedikit kurang cocok dengan gaya mengajar Bu Dosen (tentu hal ini tidak boleh kalian tiru hehe…) Pada tengah semester Bu Dosen meminta semua mahasiswa melihat pertunjukan Ramayana di Candi Prambanan. Singkat cerita, ketua kelas lupa menghubungiku dan akhirnya aku tidak ikut dalam kebersamaan tersebut. Dan tentu ketidakhadiranku ini mudah tercium oleh Bu Dosen.

Setelah kuliah, aku dipanggil dan bahasa kerennya diintrogasi macam-macam tentang ketidakhadiranku. Mulai dari penghakiman sebagai mahasiswa tua yang kurang bersosialisasi, bersikap pasif, dan sok pinter. Sebagai mahasiswa yang baik tentu aku tidak perlu menjawab berbagai tuduhan dosen tersebut. Bahkan, beliau menegaskan kerugianku tidak menonton bersama mereka karena harga tiket akan jauh lebih mahal padahal kalau rombongan selembar tiket bisa ditebus sebesar Rp 20.000. Bu Dosenpun tidak mau berkompromi dan aku harus berdamai dengan tiket 75.000 kalau ingin nilaiku keluar.

Pertama, memang kuakui aku salah karena kurang aktif dalam mencari informasi berkaitan dengan kegiatan kelas. Kedua, bukan murni salahku ketua bisa sampai lupa anak buahnya yang tidak nongol saat acara. Ketiga, Bu Dosen tampak sedikit arogan dengan menegaskan jumlah nominal yang harus aku bayar jika menonton pertunjukan sendiri seolah aku tak mampu membayar. Sangat mengenaskan! Ketika dosen itu mengomel akupun sibuk mencari jalan keluar dalam diam. Beliau bercerewet ria, saya manggut-manggut saja (hehe…) Akhirnya, skenario terbentuk dan aku tersenyum simpul ketika keluar dari ruang penghakiman terserbut.

Hari H-pun tiba untuk menonton cerita yang tersohor tersebut. Dengan berbekal kenekatan dan sentuhan ide kreatif, aku datanglah ke lokasi pertunjukan. Ketika sampai pos satpam, pertanyaan pertama adalah, “Pak, ruang make-up  dimana, ya?”. Bapak yang berseragam hitam menunjukkan lokasi yang harus kutuju. Langsung saja kutancap gas menuju parkiran ruang make-up. Dengan berbekal ke-PDan yang tinggi aku masuk ruangan yang tidak dapat disebut besar tersebut. Tentu banyak orang melihatku sebagai orang asing tetapi aku cuek bebek. Orang yang pertama aku cari adalah penari yang sudah selesai make-up. Aku sangat membutuhkannya. Kulihat sosok wanita cantik sudah selesai bedandan, akupun mengajak foto bersama. Setelah jepret-jepret dengan penarinya, aku menunggu pementasan dimulai di lokasi yang digunakan untuk keluar para penari.

Begitu acara dimulai aku membidikkan kamera ke lokasi pertunjukan mencari angle yang terbaik. Tak dapat dipungkiri pertunjukan Ramayana adalah pertunjukan yang memukau. Selain cerita yang menarik, tata panggung yang apik, kostum yang digunakan juga tak kalah indah. Hal inilah yang membius penonton asik dengan pertunjukan yang berdurasi kurang lebih 1,5 jam ini. Meskipun begitu, sangat disayangkan karena aku tidak dapat menonton pertunjukan hingga terakhir. Dan kalian tahu? Aku menonton pertunjukan ini tanpa uang sepeserpun alias gratis!!! Bahkan, aku dapat berinteraksi secara intens dengan para pemainnya.

Setelah menonton pertunjukan yang kurang kupahami detailnya, akupun mengerjakan tugas menulis berkaitan dengan pertunjukan tersebut dengan men-download cerita dari internet. Lengkap sudah sekitar 20-an halaman siap dikumpulkan ke Bu Dosen. Semua tugas kulakukan hanya dengan modal kenekatan. Ujian akhir juga tidak terlalu sulit untuk dijabarkan. Dan nilai yang dikeluarkan Bu Dosenpun di luar dugaan. Dari sekitar 40an mahasiswa, aku salah satu mahasiswa yang berhak mengantongi nilai A- karena rata-rata nilai yang beredar hanya B-, B+, dan B. Bisa dikatakan aku termasuk mahasiswa tua yang beruntung ^_^ Yeyeyeyeyye….

Beberapa hal aku pelajari dari kejadian ini: (1) kadang kala kita perlu nekat dalam memutuskan suatu hal di luar kebiasaan, (2) keberanian bertindak dan sikap hidup yang kreatif sangat diperlukan untuk memecahkan berbagai persoalan, (3) Jadilah orang yang aktif dalam mencari informasi jangan sampai ketinggalan kereta sepertiku (dulu). (251114)


Komentar