Aku
duduk di salah satu kedai saat gadis itu memarkir sepeda motornya. Dari
bajunya, tampak dia masih anak tingkat tiga. Gadis yang masih doyan dolan dan
makan hehe... Stilenya
tidak terlalu rapi tapi gaya sportynya pasti membuat orang setuju bahwa dia
gadis yang menarik. Kemeja kotak-kotak digulung setengah lengan. Jeans dan
sepatu kets dengan warna senada. Belum lagi wajahnya yang sumringah. Poin 80
dapat pikirku.
“Kak,
pesan yang kayak itu dong.” sapanya hangat.
Aku
menengok ke belakang. Kosong. Jadi gadis ini berbicara padaku. Aku menggeleng
dan menunjuk pintu di samping meja.
“Oh,
maaf” katanya sambil tersenyum dan mengambil tempat duduk di sebarangku. Kelihatannya
diapun paham aku senasip dengannya. Kalau dilihat dari dekat, gadis ini manis
juga. Sesekali dia melihat jam di tangan kirinya. Mungkin dia tidak bisa
lama-lama menunggu.
“Masih
lama gak ya, Kak?” tanyanya memecah kekakuan diantara kami. Aku mengangkat bahu
tapi aku barengi senyuman agar dia tidak terlalu kecewa. Meskipun begitu aku
melihat bibirnya sedikit manyun dan turun. Dia mirip banget dengan Nias kalau
begini. Ah...
Tak
berselang lama, Mas penjaga kedai datang dan Si Gadis langsung berbicara
panjang lebar tanpa memedulikanku yang sedari tadi menunggu. Sebenarnya agak
dongkol juga tapi tak apalah. Toh, gadis ini harus mengejar waktu. Kurang lebih
10 menit aku menunggu sambil mendengar celoteh riangnya. Setelah permisi si Gadis
mengerling kepadaku. Aku menafsirkannya sebagai isyarat dia berhasil dengan
misinya. Akupun tersenyum. Dia keluar kedai dan bersiap meluncur dengan motornya.
Ketika tukang parkir datang dia menyodorkan uang ratusan ribu. Si Tukang parkir
menggeleng dan Si Gadis pun pergi. Sempat kudengar Si Gadis berteriak, ”Nanti
lagi ya, Pak kalau saya lewat sini.” Bapak tukang parkir mengangguk. Berarti
gadis ini sudah terbiasa ke sini pikirku.
Setelah
Mas penjaga menyelesaikan pencatatan, akupun menghampirinya dan mengobrol
sebentar. Tak selang berapa lama Nias datang menjemputku.
“Berangkat
Tan?” tanyanya.
Aku
mengangguk dan kamipun pergi. Beberapa waktu kemudian aku baru sadar dalam
lipatan kuitansi ada secarik pesan.
Kak,
aku cewek yang tadi. Aku kenal kamu lho.
Aku
tersenyum membaca pesannya. O, ya? pikirku GR. Mungkin adik kelas, aku harus ke
sana lagi lain waktu. Tapi tunggu ada pesan selanjutnya,
dan
aku suka Mas Nias.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusngopo komentarmu kok dihapus? wedi nek dadi gosip po?
Hapus