Di Kedai Kubertemu (Repertoar III)



Aku duduk di salah satu kedai saat gadis itu memarkir sepeda motornya. Dari bajunya, tampak dia masih anak tingkat tiga. Gadis yang masih doyan dolan dan makan hehe... Stilenya tidak terlalu rapi tapi gaya sportynya pasti membuat orang setuju bahwa dia gadis yang menarik. Kemeja kotak-kotak digulung setengah lengan. Jeans dan sepatu kets dengan warna senada. Belum lagi wajahnya yang sumringah. Poin 80 dapat pikirku.

“Kak, pesan yang kayak itu dong.” sapanya hangat.

Aku menengok ke belakang. Kosong. Jadi gadis ini berbicara padaku. Aku menggeleng dan menunjuk pintu di samping meja.

“Oh, maaf” katanya sambil tersenyum dan mengambil tempat duduk di sebarangku. Kelihatannya diapun paham aku senasip dengannya. Kalau dilihat dari dekat, gadis ini manis juga. Sesekali dia melihat jam di tangan kirinya. Mungkin dia tidak bisa lama-lama menunggu.

“Masih lama gak ya, Kak?” tanyanya memecah kekakuan diantara kami. Aku mengangkat bahu tapi aku barengi senyuman agar dia tidak terlalu kecewa. Meskipun begitu aku melihat bibirnya sedikit manyun dan turun. Dia mirip banget dengan Nias kalau begini. Ah...

Tak berselang lama, Mas penjaga kedai datang dan Si Gadis langsung berbicara panjang lebar tanpa memedulikanku yang sedari tadi menunggu. Sebenarnya agak dongkol juga tapi tak apalah. Toh, gadis ini harus mengejar waktu. Kurang lebih 10 menit aku menunggu sambil mendengar celoteh riangnya. Setelah permisi si Gadis mengerling kepadaku. Aku menafsirkannya sebagai isyarat dia berhasil dengan misinya. Akupun tersenyum. Dia keluar kedai dan bersiap meluncur dengan motornya. Ketika tukang parkir datang dia menyodorkan uang ratusan ribu. Si Tukang parkir menggeleng dan Si Gadis pun pergi. Sempat kudengar Si Gadis berteriak, ”Nanti lagi ya, Pak kalau saya lewat sini.” Bapak tukang parkir mengangguk. Berarti gadis ini sudah terbiasa ke sini pikirku.

Setelah Mas penjaga menyelesaikan pencatatan, akupun menghampirinya dan mengobrol sebentar. Tak selang berapa lama Nias datang menjemputku.

“Berangkat Tan?” tanyanya.

Aku mengangguk dan kamipun pergi. Beberapa waktu kemudian aku baru sadar dalam lipatan kuitansi ada secarik pesan.

Kak, aku cewek yang tadi. Aku kenal kamu lho.

Aku tersenyum membaca pesannya. O, ya? pikirku GR. Mungkin adik kelas, aku harus ke sana lagi lain waktu. Tapi tunggu ada pesan selanjutnya,

dan aku suka Mas Nias.

Komentar

Posting Komentar