Setelah tertunda selama dua pekan,
selesai juga dengan cantik itu luka. Cantik yang membawa lara, dendam,
kekerasan, dan kebrutalan manusia yang muncul tanpa ampun. Cantik yang menjadi
awal petaka yang beruntun tanpa henti. Semua memang mengagumkan karena tidak
membosankan bagi siapapun untuk menikmatinya. Semua akan terpesona tapi benar
pada akhirnya yang tidak dapat mengendalikan akan terperosok. Bukan
hanya kenistaan tapi juga ketakutan dan kemarahan. Aku merasakan hawa marah dan
dendam yang menyelimuti novel ini.
Mencoba meraba secara realistis
saja dengan tidak terlalu berharap pada hal yang bukan jatahnya. Mengalir
saja meski jangan memilih yang hanyut dan tenggelam. Dan hari ini aku
sudah memutuskan untuk berhenti hanyut. Berhenti memikirkanmu yang tak tahu
bahwa kamu dianggap bernilai. Tak berharap pada kesia-siaan yang hanya
menyisakan penat. Aku tak tahu apa istimewanya dirimu. Dan menurutku kamu biasa
saja dan tentu saja tidak keren hahaha… Jadi, kadang aku berpikir ini hanya
kegiatan musiman yang dapat berlalu kapanpun jika musimnya udah berganti.
Rumah selalu menawarkan kenyamanan
yang berasosiasi dengan keramahan dan keintiman di dalamnya. Di sini tak ada sekat dengan harus
menjaga pencitraan. Keluarga adalah komunitas terdekat yang akan menerima kita
apa adanya dengan tingkat pengertian yang lebih tinggi dibanding yang lainnya.
Terima kasih Allah telah memberikan keluarga yang begitu hebat. Tak ada yang
lebih istimewa dibanding kekayaan dan kesempatan bertemu dan menyaksikan
keluarga berkumpul.
Kenapa aku begitu kangen sama kamu.
Egoku yang menjalar dan berpikir mendesak logika demi ingin mendengar suaramu tau pesanmu
hadir. Kau membuat keadaan morat-marit semakin tambah tak karuan. Aku begitu
bodoh merasa kangen untuk suatu hal yang tak bisa aku tolak. Benar katanya “hal
yang paling menyakitkan adalah tak bisa menolak hal yang seharusnya ditolak.
Semalam rinduku sempat memuncak dan
tak tertahan. Sangat ingin mendengar suaramu meski aku tahu aksenmu sangat aneh. Aku juga ingin tahu
kabar dan kegiatanmu. Apa kau juga merasakan getaran yang sama? Atau hanya
kamuflase saja? Di sisi lain tak boleh ada yang
egois di sini. Antara aku, kau, dia, dia dan dia semacam
sudah memiliki kesepakatan tak tertulis mengenai bagaimana yang seharusnya.
Tak bisa membuat alasan
menghubungimu adalah hal yang sangat menyakitkan bagiku.
Aku tresno kowe ki sengojo ra mung
mergo aku ngomong neng ngarepmu. Aku yo ngomong neng atimu. Tresnoku
iki tresno kang dipilih dening wektu kang wis kauji dening godo lan nafsu.
Nyatane nganti seprene aku milih sliramu. Mergo opo? Mergo tresnoku iki wis
ngunci sajroning jiwo lan rogo.
Komentar
Posting Komentar