Mengapresiasi Keadaan (Part VI)



Pantai, pantai, pantai. Tempat yang senantiasa menggoda. Tidak pernah membosankan. Memanjakan mata dan telinga dengan deburnya. Sayangnya, waktu terus memburuku tanpa aku bisa mengutip senja bersamamu. Lain sempat aku ingin menyapamu, bersamamu hingga senja menjelang.

Ternyata kita bisa juga ya ngobrol banyak hal meski kadang gak nyambung. Bisa ngobrol banyak hal tapi aku gak merasa dekat.

Nonton timnas berlaga itu memang memberikan pengalaman tersendiri (apalagi dengan tiket VIP gratis hehe…). Thanks a lot ya, Jo. Ini memberikanku kesadaran ternyata selama ini banyak hal terlewat. Pertemanan yang begitu damai dan menyenangkan. Bonus malam ini kita bisa bercerita meski tidak banyak.

Ini biasa, tak ada yang lebih.

Rencana tertunda karena alam masih ingin beromansa. Hujan abu akibat Gunung Kelud Kediri Jawa Timur meletus secara eksplosif. Siang dan pagi laksana senja. Kabut dan abu dimana-mana. Kalau ini salju pasti bagus juga ya :-D sayangnya ini sangat tidak enak di tenggorokan. Hal ini menjadikan anak kos berjuang ek,stra keras memasak sendiri makanannya agr higienis dan hemat. Reputasi anak kos sedang diuji.

Meski terbiasa dengan banyak jumpa, aku masih juga dibingungkan oleh sikapmu. Kamu mungkin berasal dari zaman yang berbeda sehingga tiap katamu sangat sulit disesap. Butuh waktu beradaptasi untuk saling tahu dan memahami jalur pikiran dan kata-katanya. Kalau dicumbu belum tentu rindu tapi tidak belum tentu berlalu. Bagaimanapun aku menikmati perasaan ini, ada hal yang membuatku ceria. Meski sadar diri dengan zona batas tapi memang ini berbeda (meski sedikit hehe).

Akhir-akhir ini aku merasakan adrenalinku banyak yang membuncah. Banyak sisi yang tiba-tiba mengingatkanmu pada saat SMA dimana banyak kenangan yang tak bisa dibeli karena sikap malu-malu yang sedikit menggerogot. Hihihi… sangat mirip.



Komentar