Aku marasa hampa di tengah pemujaan
yang menghamba.
Pada kefanaan dan keegoisan diri yang melengkung tanpa ampun. Sebuah kealpaan
yang dinikmati para pecandu yang enggan bangun di kala subuh. Ia juga enggan
mati dan hidupnya hanya separuh. Ini bukan tahun baru karena tak ada yang
berbeda dari sebelumnya. Semua biasa dan
tak ada yang istimewa. Gempita memang hanya milik sebagian orang yang
membutuhkan euforia.
Dia lebih suka mengambil posisi
aman, nyaman, dan terkendali. Memang tidak salah hanya saja ditakutkan hal ini
akan memberikan celah untuk menghindari masalah yang sedang dihadapi. Rumit
juga ternyata, pertanyaannya sekarang, kapan seseorang harus berfokus pada diri
dan kapan harus memerdengarkan orang lain. Hal ini biasanya disikapi dengan
“ikuti kata hatimu jangan dengarkan orang lain”. Tampaknya diterima mentah juga
bukan pilihan yang bijak. Yang benar menurutku adalah “jangan melakukan hal-hal yang
merugikan dirimu”
Aku tak akan lagi menunggumu dalam sepi. Aku
berhak menentukan hidupku dan kebahagiaanku. Memang tidak banyak yang
aku dapatkan sekarang tapi setidaknya aku bersyukur mendapatkan kesempatan ini
agar dapat belajar lebih baik. Ada hal yang memaksaku berpikir, sikapmu begitu
baik dan manis bahkan seakan mengiyakan segala hal yang aku katakan. Ini
menjadi pertanyaan sendiri karena biasanya sangat sulit memperoleh restumu.
Apakah ada hal yang kamu sembunyikan sayang? Apakah ada perindu yang merebut
waktumu?
Cukup sulit ternyata membuang
pikiran-pikiran bodoh yang berkelebat. Harusnya berani bilang tidak. Di sisi
lain tiba-tiba aku merasa rindu, kangen yang menggebu pada sosokmu yang aneh
begitu. Tampaknya belum lama dan hanya sekejab tapi ada yang hilang saat kau
tak hadir. Aku tak ingin menepikan rasa tapi bukan berarti tak suka. Aku memang
rindu. Dan itu kamu.
Kamu bukan siapa-siapa dalam
hidupku.
Hanya mahkluk asing yang tiba-tiba datang dan menjadi akrab. Aku tidak peduli
denganmu. Jika kau kira ini adalah suatu kebenaran. Kamu bukan siapa-siapa yang
bisa menjadi siapa-siapa. Aku bahkan tak lebih banyak mengenalmu. Aku memang
egois tapi setidaknya aku tidak kepo dengan urusan orang lain. Aku bahkan tak
mengenal banyak tentangmu.
Ini malam yang membuatku bisa
tersenyum dan tertawa. Meski sepi oleh kemauan tapi ini malam dimana aku bisa
menggamitmu dalam perasaan tanpa beban. Tertawa di sampingmu tanpa perlu takut
dikatakan orang. Malam dimana ku merasa bernostalgia dengan begitu dekat meski
sebenarnya bersekat. Tidak dapat dipungkiri aku merindukan
saat-saat seperti ini. Nyaman dan hangat. Semacam kejutan bisa
menikmati kebersamaan ini denganmu. Teman-teman yang selalu mengingatkan pada
kenyataan. Aku tersenyum membayangkannya #sekaten alun-alun utara LTC 2012.
Komentar
Posting Komentar