Sentuhan
modern terlihat pada penggunaan proyektor untuk menggambarkan latar panggung
yang lebih dramatis. Penontonpun dikocok perutnya dengan kehadiran Punakawan yang
terdiri dari Gareng, Petruk, Semar, dan Bagong. Kemunculan keempat tokoh ini
cukup menyegarkan suasana karena tingkah mereka yang lucu dan tolol.
Animo
masyarakat terhadap pementasan wayang wong ternyata cukup tinggi. Hal ini
terlihat dari banyaknya pengunjung yang datang dari usia anak-anak hingga
dewasa. Pertunjukan yang sudah jarang dipentaskan seperti wayang wong ini merupakan
media yang baik guna memperluas wawasan budaya jawa bagi para generasi penerus.
Selain itu, petunjukan ini juga dapat difungsikan sebagai sarana penanaman nilai-nilai
budi pekerti dan rasa nduweni bagi
masyarakat pada umumnya.
Tedapat
satu kekurangan dalam pementasan ini menurut saya, yaitu suara para tokoh
terutama tokoh perempuan kurang keras sehingga dialog tidak dapat diikuti
secara keseluruhan. Adanya mikrofon di atas para pemain belum sepenuhnya
membantu. Apalagi jika dialog diiringi dengan musik, suara para pemain hampir
tak terdengar. Meskipun begitu, penonton tetap dapat mengikuti pertunjukan dengan
panduan leaflet yang dibagikan
sebelum masuk ruang pertunjukan.
Secara
garis besar, saya bangga menjadi bagian dari saksi sejarah pagelaran budaya ini.
Sebagai generasi penerus sudah menjadi kewajiban kita untuk ikut andil dalam
pelestarian budaya bangsa. Contoh sederhananya dengan mempelajari warisan budaya
yang ada, menonton pertunjukan, memberikan review,
dan membagi info berkaitan dengan pementasan budaya supaya semakin banyak masyarakat
yang menikmati budaya ini. Terakhir, di tengah kehidupan yang segala sesuatunya
berbasis teknologi ini sudah selayaknya para generasi penerus menjadi pengawal
kelestarian budaya bangsa yang adi luhung, bukan sekedar mematung ketika melihat
kenyataan budaya mulai luntur tergerus umur. (Rd_011215)
Komentar
Posting Komentar