Sampai sekarang belum ada yang mengalahkan bagaimana perasaanku terhadap senja di pantai. Tempat yang pada detik pertama membuatku jatuh cinta. Senja yang elegan dan tak pernah membuatku bosan. Suasananya membuatku berdegup kencang dan berdenyar-denyar nikmat. Rasanya sulit melukiskan hal yang begitu indah hanya dalam beberapa rangkaian kata. Dan saat senja itu pula dialogpun dimulai.

“Tapi kamu menghilang,” kataku lirih.

“Aku tidak pernah benar-benar menghilang. Aku hanya belum cukup percaya diri untuk bersamamu. Karenanya aku menghindar.”

“Dan kamu tetap tidak pernah percaya diri setelah banyak tahun kita lalui bersama? Dan setelah begitu banyak pahit dan luka?”

“Aku takut mengganggu waktumu.”

“Bahkan , kau tidak mempertimbangkan perasaanku.”

Senja
“Tidak mulai sekarang. Tak akan kubiarkan kau pergi. Aku akan menggenggam tanganmu lebih erat dari biasanya. Aku akan mengiringi banyak harimu ke depan.”

“Apakah artinya kau akan bersamaku?” tanyaku ragu.

“Tentu,” jawabmu mantap.

“Artinya kamu tak akan pergi lagi?” ulangku tak percaya.

“Ya. Bersama menua hingga senja. Suatu saat nanti, kita akan selalu menghabiskan waktu berdua di pinggir pantai menunggu matahari tenggelam.”

“Romantis sekali.”

“Tidak jika dengan yang lain,” jawabmu pelan.

“Aku mencintaimu.”

“Aku lebih dari yang kau tahu.”

Aku tersenyum dan kamipun berdiam menatap kabut yang mulai turun.
Ini petikan yang romantis dan sukses membuatku meleleh setelah membacanya. Epilog yang indah untuk sebuah kisah yang tidak sebentar. Sebuah catatan: semoga bahagia. Dan kurasa aku perlu membubuhkan amin di belakangnya.

Komentar