Selanjutnya Setelah (Cinta Pergi)


Jomblo Garis Keras

Dalam minggu-minggu kalut aku merasakan dukungan yang luar biasa dari teman-teman dan keluargaku. Bahkan, sesaat setelah sang mantan memutuskan hubungan di hadapan kedua orang tuaku, Bapak masih sempat berkata, “ Wis rasah dipikir. Wis dianggap biasa wae. Ora ono gunane kowe mikirke wong sek luwih milih wong liyo”. Batinku (iyongggggg alah Pak… Pak… ngomong gampang ngono aku yo iso hahahaha…).  Iki ati je udu semen tigaroda. Bahkan, dalam kasusku  aku bukan hanya terkena jarum tetapi tertusuk gunting. Sekali tusuk dua tempat sekaligus. Cess… lorone rodo mantep sih.

Putus cinta mengantarkanku kembali pada hobi lama, yaitu nyore bersama buku. Dan aku punya tempat favorit untuk melucuti halaman demi halaman buku yang aku baca. Bahkan, di tempat itu aku bertemu dengan banyak pemikiran dan bisnis keseimbangan kehidupan. Cerita tentang kehidupan pun tak pernah sepi dari pembicaraan dengan subjek-subjek baru yang inspiratif.

Ati Kudu Kuat
Tragedi yang terjadi sering kali memang mengundang simpati. Hal ini kudapati dari teman-teman yang tak henti-hentinya melucu dan mengatakan all iz well. Aku tak bisa memungkiri peran teman-teman yang luar biasa bagi keseimbangan emosionalku. Teman-teman gokil untung gak pernah absen selama ini. Mereka membuatku sibuk dengan banyak agenda. Secara khusus aku perlu berterima kasih kepada komunitas Jackers (Jomblo Garis Keras) Kaa Alv, Bebb, Cempluk, Polda Depok Timur, dan Amurti yang sumpah saya akui kegilaan kalian lebih fatal daripada penghuni rumah sakit jiwa hahaha...

Terima kasih kalian tidak membiarkanku bertumbuh dalam kelemahan dan keterpurukan. Jalan-jalan dan makan menjadi menu baru yang sering kita geluti . Hanya saja berat badan ternyata masih bukan tolok ukur yang baik. Tetap saja beratku stagnan. Kesimpulanku: menaikkan berat badan bukan perkara gampang.



Komentar