Surat Dalam Koran


Minggu pagi adalah waktu favorit bagi kebanyakan orang, begitu juga denganku. Seperti biasa, aku libur kerja dan menunggu kabar pagi dari loper koran langganan. Dan seperti kebiasaan pula, Si Mas Koran terlambat. Huh, kebiasaan buruk tiap habis pertandingan bola. Kebanyakan lelaki memang begitu, batinku. Belum selesai keluh kesahku, Si Mas Koran sudah nyengir di atas sepedanya.

Sebagai penebus keterlambatan ini aku berbaik hati, Neng” sapanya sumringah.

Maksudnya?” tanyaku sedikit dongkol.

Bukanya  nanti kalau saya sudah jauh ya,” katanya ketika memberikan koran.

Masih sambil mengenyitkan dahi aku membuka lipatan koran secepat Mas Koran pergi. Aku sudah tidak sabar ingin tahu maksudnya. Dan ternyata? Tratataaa!!!... sebuah surat berpita dengan sampul pink. Wow… Aku selalu suka kejutan. Terlebih aku suka mendapat coretan cerita dari orang-orang di sekitar. Aku membaca dengan sedikit tak sabar.

Aku tetap kuat
Aku tak bisa mengelak. Aku terus memikirkanmu akhir-akhir ini. Aku duduk. Aku diam tapi rasanya ada kursi kosong, ada bangku tak berpenghuni. Dalam petikan itu sering aku berkhayal kita berjalan di semenanjung dan bertatap dalam kata, “masihkah rindu?”

Apa memang seakut itu amnesiamu? Kamu memang tak pernah muluk berjanji tapi aku melihat tiap upaya untuk membahagiakanku. Kamu begitu manis dan lembut. Aku tak tega kau terluka. Aku berusaha ada dan bersama. Kamu berbeda. Dan sampai detik ini kau masih orang yang spesial. Ini diplomasi yang penting bagi hidupku. Bagaimana denganmu?
Aku kangen

Deg!  Aku terkesiap dan hatikupun berubah senyap. Aku mengenal dengan sangat baik tipe tulisan ini. Apakah dia di sini? Apakah dia kembali? Dia pasti tahu banyak tentangku. Dengan kata lain??? Saat ini dia di sekitar dan dekat.

Komentar