Pantai
selalu membiaskan kenangan syahdu. Aku mencintai deburan ombak, gemerisik pasirnya,
dan tentu aku tak pernah lupa pada wangi udaranya. Krakal 180415. Tanggal yang
tidak unik kurasa. Hanya saja lagi-lagi aku tak bisa memungkiri banyak hal
dalam kebersamaan ini. Kalian menyuguhkan aroma pertemanan dalam bingkai yang
berbeda. Keraguanku lebur dalam pemaksaan yang mengasyikkan.
Selebihnya,
karaoke di pos polisi bukan pilihan yang bisa ditolak. Kalaupun ada lagu yang
wajib dibenci maka aku mengutuk lagu “Cintaku Tak Berbatas Waktu”. Dan suerrr….
Itu sedikit mengguncang logika dan perasaan hahaha… Nyatanya aku tak bisa menjawab
satupun semua olok-olok kalian. Mungkin aku terlihat sedikit lemah dalam hal
semacam ini.
Perjalanan
malam bagiku selalu menyenangkan. Tak perlu ribut dengan matahari agar malaikat
rapat dan memberi mendung. Akses memang tidak terlalu sulit tapi jauhnya bikin
merinding dan amit-amit. Overall, aku
suka perjalanan ini.
Rencana
pertama pendirian tenda di pantai yang gelap juga bukan masalah serius.
Kecuali, pada kebegoan laki-laki yang tidak bisa membedakan mana tenda luar dan
dalam. Fiuhhhh…. Meski begitu, alasan “Aku
lali je soale gawe tendo zaman pramuka SMP” muncul juga. Ampun deh!!! Hahahhaha…
Satu tenda selesai tenda lain menyusul. Begitu pula dengan sepasang remaja pada
pukul 23.00. Alih-alih romantis nge-camp
di pinggir pantai, puluhan menit mendirikan tenda hasilnya nihil. Ternyata
teman-teman anehku masih bernurani untuk membantu. Dan???? Tralalalala… tenda
siap huni!!! Acara gabungan tanpa perencanaanpun berlanjut.
Bakar-bakar
dan nostalgila tembang-tembang lawas jadi komoditi utama. Sumpah!!! Gundul sih bisa
nyanyi tapi ampunnnn. Lagunya era emak-emak tahun 40-an. Jadul ra ketulungan!!!
Tapi peace Ndul hahaha. Iringan
gitarmu lumayan romantis juga. Meski sedikit basah ketika melirik tenda sebelah
tapi aku terima kok. Dan penuh dengan lapang dada tentunya kaya lagunya Sheila “aku harus bisa bisa berlapang dada. Aku harus
bisa bisa terima segalanya. Karena semua semua yo kui mau tak lagi sama hahahha…
Miris!
Untuk
kali ini biarkan aku ngomong sak karepku tanpa perlu membahas Jawa-Indonesia
apalagi subjek dan predikat. Karena orang yang mau tak omongin memang sumpah stress
dari lahir. Namanya Yoga. Aku tahu rumahnya meski lupa alamat dan jalannya hahha…
Aku akui kalo Yoga itu diva (bukan dalam arti sebenarnya) yang luar biasa (bukan
dalam arti sebenarnya) karena gila (kalau ini sebenarnya hehe…). Semua
celotehnya bikin nyamuk bubar barisan. Kalau ada orang sakit jiwa pasti tambah
parah, kalau dia minus 5 bisa jadi 11 dalam sekejab. Apalagi kalau dia stroke
ya wallohualam hehe. Sumpah, aku gak nyangka nemu orang segila itu. Jarene
pahlawan tapi ndandak ngojek sampai krakal gegara wedi peteng. Ah, kamu
ngisin-isini wong Wonosari. Hoekk…
Orang
ketiga dan keempat yang bikin heboh selanjutnya adalah pasangan abnormal polda
depok timur (Indro) dan Cempluk (Rara). Kalau diibaratkan dan aku disejajarkan
dengan pasangan ini (Rara di tengah) sudah jadi merk hotel terkenal di Jalan
Mangkubumi (101) hahaha… Mungkin aku terlihat bodoh Ndro di depanmu.
Aku ra popo. Kowe ngece, aku ra popo. Wong isoku mung mesem karo ngguyu. Cen
nek tekanan batin ki marai loro pikir hehe…
Sebagai
wanita muda (ehemmm…) wajar rasanya aku mengagumimu Pluk Rara. Bukan apa-apa
tapi bakat kesimboanmu yang cekatan dalam menyusun daftar menu, menyiapkan
makanan dan minuman perlu diacungi jempol. Kamu tahu kapan waktu merebus air
dan bikin kopi. Ilmu kesimboan yang perlu diturunkan tentu bukan sekedar buat
donat. Galau itu memang berbanding lurus dengan tingkat pembudidayaan lemak kok
yo hahhaa… Tegar, kuat, dan tahan banting. Sumpah Pluk kamu mirip merk semen!!!
Absen
lagi Om Amurti Si Hidung Petruk. Ah, aku bingung mau nulis apa tentangmu karena
agendamu hanya makan dan tidur. Tak sedetikpun kau meninggalkan tenda untuk
berbaur dengan kami di laut. Tak kusangka rasa cintamu pada tenda begitu hebat.
Semalaman kau tiduri, sepagian kau tunggui. Kamu memang berbakat jadi setia.
Aku masih di sini untuk setia eaaaa…
Syafei
atau lebih beken dengan nama Pi’i. Kuacungi jempol pada keteguhan hatimu
mengarungi liku perjalanan dengan pasanganmu yang begitu penurut. Aku selalu
membayangkan betapa setianya pasanganmu. Kalian romantis dalam setiap
kesempatan dan itu tak bisa berhenti membuatku iri setengah mati. Hasyekkkk…
Terakhir,
Begi. Aku hampir tak tahu deskripsi yang tepat untukmu. Selama ini pertemanan
kita begitu baik. Yang jelas aku berterima kasih atas banyak hal. Aku suka
naskah ceritanya. Aku suka plot dan setting cerita di dalamnya. Dan
aku cuma bisa bilang kalau di atas semuanya, ini manis.
Tentu
kenangan dengan kalian adalah bagian terindah dari bingkisan Tuhan bulan ini.
Dan harus aku akui kalau saat itu aku menunda pergi tentu aku akan sangat
menyesal setengah mati. Untungnya rayuan kalian sedikit maut. Meski
hujan dan basah, aku tetap bilang bahwa kebersamaan ini indah. Love U
All.
wooooogh ediaaan
BalasHapuskecuali saya hehe...
BalasHapus