Banyak
hal-hal unik terjadi dalam setiap perjumpaan ini. Berawal dari obrolan ringan
ketika camping di Krakal-Ayo
Ke Sumbing Lagi- kisah inipun ditulis semakin lengkap. Undangan dari
yang punya hajatpun tersiar. Tanpa komado, semangat kembali ke puncak semakin
mengkristal. Setahuku Sumbing memang selalu menyajikan hal-hal baru yang
menyenangkan.
Saat Mentari 17 Mei 2015 |
Janji 6
bulan lalu terealisasi, kawan!!! “Sumbing pasti aku akan kembali” janji saat
itu. Dan di Bulan Mei 2015 kita kembali menyapanya dengan begitu hangat.
Berempat!
Senja 16 Mei menjadi saksi perjalanan kita. Dan
senja yang begitu syahdu kita tangkup di Magelang. Kita menyela kemerahannya
sembari berkata, “Keindahan ini
melengkapi apa yang disebut bersama”. Manis sekali. Suasanapun semakin
menegaskan bahwa dalam mencari bahagia, kita tak pernah kehabisan cara. Dan
kebersamaan ini pula yang telah meningkatkan status kata kalut menjadi kata yang
begitu populer.
Kata orang, kalau belum tersesat tak akan tahu
harganya selamat. Dan kita? Melewatinya!!! Tentu dalam hal semacam ini kita tak
perlu saling merabunkan mata siapa-siapa yang membelokkan jalan. Ehemmm!!! Aku
sih percaya semua ikut andil dalam pembodohan masif ini. Bagaimana bisa jarak
yang seharusnya hanya 2 km menjadi 30 km? Dan tak ada yang paling mengkhawatirkan
kecuali harus menjelajah malam di tengah gunung tanpa penghuni, tanpa
penerangan, dan serangan sakit yang tiba-tiba. Dan di antara semua kekacauan
ini kita masih sempat menertawai keadaan. Kekhawatiran dan air mataku akhirnya
terselamatkan oleh sebuah tower. Yap!!! Sebuah tower yang katanya cuma itu
lho. Ternyata, ealah… adoh, angel dalane, munggah-mudhun medanne,
sepine minta maaf, peteng, adem, serem, horror, dan teman-temannya (tapi asik
hehe…).
Satu
hal yang kupetik di sini: perjalanan ini menguatkan rasa yang mengikat dalam
cita rasa persahabatan yang menyenangkan. Dukungan dan bahu-membahu adalah hal
terbaik yang kita cipta.
Setelah bergelut 3,5 jam dalam gelap, akhirnya
nafas lega berhembus. Pak Sukozim! Hangatnya sapaan keluarga ini selalu membuat
kangen. Bahkan, Simbok belum lupa bahwa bakwan panas dan teh hangat di teras
rumah saat matahari terbit adalah surga.
Ntc:
Terima kasih atas segala hal hebat dan kebersamaan ini teman-teman tercinta.
Selanjutnya, 2020 adalah saat nasi megono, nasi merah, dan adzan magrib
berkumandang.
Salam hangat dan penuh rindu,
Ridhan
Komentar
Posting Komentar