Tuhan, aku tak tahu
sampai kapan akan bertahan menghadapi kuasa-Mu ini. Sungguh aku bangga pernah
menjadi ibu dan aku bangga saat ini bisa tetap bersimpuh di tempat yang sama. Nyeri
ini semakin sering menghampiri dan tak kenal kata kompromi. Sesuatu yang Engkau
kirim untuk selalu mengingatkanku bahwa aku juga manusia yang punya lelah dan
berhak bersandar meski sejenak.
Tuhan, jikalau saat itu
tiba, aku ingin memeluk-Mu dengan senyuman termanis untuk orang-orang di
sekitarku. Mereka yang telah membuatku kuat dan merasa hidup. Mereka yang
senantiasa mendukung dan mendoakanku dari dekat dan jauh. Yang tetap
menyelimutiku dengan harapan baik meski sebagai manusia tak luput dari khilaf
dan naïf. Untuk mereka yang setiap saat kutitipkan salam, mohon maafkan atas kurangku
yang sering pongah menatap rawa-rawa sinis yang teruntai dari bibir dan lakuku.
Mungkin di banyak saat aku banyak menderma kesal hati pada kalian. Maafkanlah.
Untuk kamu juga,
seseorang yang entah sejak kapan mulai menertawai kelolaanku, kealzaimeranku,
kecerobohanku, dan segala hal yang membuatku gila untuk selalu
terburu-buru. Kita belajar banyak hal
dari banyak kejadian. Dan akupun sadar bahwa kebersamaan itu bukanlah hal yang
kekal. Ada saatnya ketika orang mengayuh sepeda rantainya putus, remnya blong,
atau bahkan rodanya lepas. Begitu pula kita para wayang fana yang berlakon dan
berdrama. Jika suatu saat kenyataan itu berkata dengan sedikit lantang, aku
harap kamu mengingat permintaanku suatu sore itu. Mungkin kamu akan bilang aku
terlalu melankolis dan cengeng tapi setidaknya bunga rampai ini telah
kusampaikan padamu. Meski begitu, di saat yang sama aku tetap memanjat pada
yang kuasa tetap bisa menua bersamamu. Bersama anak-anak kita. Sampai rambut
kita beruban dan berkeriput seperti ibu. Dan kau berjanji akan mengingatkanku saat
aku lupa. Dan aku akan berjanji untuk tetap memijit wajahmu dan merapikan
jenggotmu. Kalau sudah tua kamu masih berjenggot gak ya hehe...
Kalian teman-teman yang
telah mewarnai banyak kebersamaan baik di meja sekolah maupun di deras debu
jalanan. Pada kalian kusematkan mawar kuning sebagai pertanda keceriaan. Kita
pernah melalui banyak reka kenangan. Juga telah menawarkan racun perbedaan
menjadi secawan madu yang beraroma kepedulian. Tidak mudah bagi kita untuk
saling percaya dalam kurun waktu yang lama tapi bagaimanapun juga kalian telah
menjadi agenda dalam perjalanan ini. Sejujurnya, tiada yang terbaik kuucapkan
kecuali terima kasih telah bersama dan aku mencintai kalian semua.
Komentar
Posting Komentar