Permintaanku Malam Ini



Tuhan, aku tak tahu sampai kapan akan bertahan menghadapi kuasa-Mu ini. Sungguh aku bangga pernah menjadi ibu dan aku bangga saat ini bisa tetap bersimpuh di tempat yang sama. Nyeri ini semakin sering menghampiri dan tak kenal kata kompromi. Sesuatu yang Engkau kirim untuk selalu mengingatkanku bahwa aku juga manusia yang punya lelah dan berhak bersandar meski sejenak.

Tuhan, jikalau saat itu tiba, aku ingin memeluk-Mu dengan senyuman termanis untuk orang-orang di sekitarku. Mereka yang telah membuatku kuat dan merasa hidup. Mereka yang senantiasa mendukung dan mendoakanku dari dekat dan jauh. Yang tetap menyelimutiku dengan harapan baik meski sebagai manusia tak luput dari khilaf dan naïf. Untuk mereka yang setiap saat kutitipkan salam, mohon maafkan atas kurangku yang sering pongah menatap rawa-rawa sinis yang teruntai dari bibir dan lakuku. Mungkin di banyak saat aku banyak menderma kesal hati pada kalian. Maafkanlah.

Ibu dan bapakku yang tak henti-hentinya melakukan banyak hal untukku. Sungguh anakmu ini kurang berbakti. Kasih sayang sering kalian tebar tapi aku lebih menyukai kesibukan yang memenjarakan. Menghalau waktu kebersamaan kita sebagai sebuah keluarga. Aku mencintai kalian sepasang malaikat yang mulai memutih rambutnya, mulai kabur matanya, dan berkeriput kulitnya. Terlalu banyak kenangan akan masa-masa kecilku yang terlalu bahagia bersama kalian. Saat menerima kado pertama bonekaku, naik sepeda bertiga, masuk jaket, nonton pasar malam, dan sejuta kejadian yang masih begitu rapi tersimpan di otakku. Kapan masa-masa seperti itu akan terulang? Aku kangen saat kita main ular tangga dan bersempit-sempit minta dikelonin Ibu. Mungkin sekarang aku sudah terlalu besar untuk bisa tidur bertiga. Khusus buat ibu. Aku kangen didongengin sama ibu. Cerita binatang kancil, kucing, dan harimau. Ibu, itu dongeng favoritku dan aku masih menghafal dengan jelas. Maaf, kali ini izinkan aku menetes.

Untuk kamu juga, seseorang yang entah sejak kapan mulai menertawai kelolaanku, kealzaimeranku, kecerobohanku, dan segala hal yang membuatku gila untuk selalu terburu-buru.  Kita belajar banyak hal dari banyak kejadian. Dan akupun sadar bahwa kebersamaan itu bukanlah hal yang kekal. Ada saatnya ketika orang mengayuh sepeda rantainya putus, remnya blong, atau bahkan rodanya lepas. Begitu pula kita para wayang fana yang berlakon dan berdrama. Jika suatu saat kenyataan itu berkata dengan sedikit lantang, aku harap kamu mengingat permintaanku suatu sore itu. Mungkin kamu akan bilang aku terlalu melankolis dan cengeng tapi setidaknya bunga rampai ini telah kusampaikan padamu. Meski begitu, di saat yang sama aku tetap memanjat pada yang kuasa tetap bisa menua bersamamu. Bersama anak-anak kita. Sampai rambut kita beruban dan berkeriput seperti ibu. Dan kau berjanji akan mengingatkanku saat aku lupa. Dan aku akan berjanji untuk tetap memijit wajahmu dan merapikan jenggotmu. Kalau sudah tua kamu masih berjenggot gak ya hehe...

Kalian teman-teman yang telah mewarnai banyak kebersamaan baik di meja sekolah maupun di deras debu jalanan. Pada kalian kusematkan mawar kuning sebagai pertanda keceriaan. Kita pernah melalui banyak reka kenangan. Juga telah menawarkan racun perbedaan menjadi secawan madu yang beraroma kepedulian. Tidak mudah bagi kita untuk saling percaya dalam kurun waktu yang lama tapi bagaimanapun juga kalian telah menjadi agenda dalam perjalanan ini. Sejujurnya, tiada yang terbaik kuucapkan kecuali terima kasih telah bersama dan aku mencintai kalian semua.

Komentar