Lama tak bersua, kangen. Itulah
kalimat paling efektif jika kita jarang nongkrong lagi. Meski di grup tetap ada
ramai cerewetnya, rasanya belum lengkap kalau belum ketemu. Pertemanan yang
aneh haha... Dulunya sih sebagai orang yang mengalami banyak cobaan dalam cinta
kita melanggengkan diri dalam sebuah komunitas
"Jomblo Garis Keras" yang biasa disapa jakers. Tentu isi di
dalamnya bisa ditebak: manusia-manusia yang kehilangan, putus cinta atau bahasa
kerennya brokenhearth, korban ditikung, korban diselingkuhi mantan/teman,
korban dibodohi mantan, dan seabrek kata-kata menyakitkan yang diakibatkan oleh
makhluk bernama mantan. Ehemmm... hehe...
Singkat cerita, grup yang menasbihkan
diri lebih memilih jomblo daripada sakit hati ini inipun mulai luntur. Satu-persatu
mulai merambati cinta lagi dan menikah. Uhukkssss... Ada yang sudah punya pacar
lagi, ada pula yang tak bisa move on dari masa lalu dan berharap kembali lagi.
Dan tentu saja masih ada yang tetap memilih jomblo sebagai pelarian paling aman
dan dekat dengan Tuhan.
Perjalanan mengalir. Kesibukan mulai
meringsek dan semua kembali dengan rutinitas hiruk-pikuk dunia nyata. Kita yang kebetulan edan berempat semakin tak
punya tempat. Akhirnya nongkrong, ngopi, ngedan, dan dolanpun menjadi agenda
rutin setiap akhir pekan selama setahun belakangan. Coba saja pikir, gegara
kangen teh di pagi hari dan bakwan goreng diniati malam-malam blusukan ke
Sumbing berempat. Agenda saling menggoblokkan pun terjadi. Semua merasa paling
benar dan sok pinter (meski semua sadar kadar kecerdasannya standar
wkwkwkwk....) Perdebatanpun tak dapat dihindarkan hampir di setiap tikungan
dan belokan Jogja-Magelang. Hasilnya pun bisa ditebak. Malam-malam keblasuk 30
km dalam keadaan lapar total!!! Sampai di rumah tujuan ngobrol sama Pak Kozim,
" O nggih Pak...niki wau anu.... terus anu... malah anu... dadi anu... dan
anu-anu seterusnya". Percakapan ini membuat roti di toples semakin
menipis dan teh sampai ganti berapa
gelas. "Wah, adem nggih, Pak.... Walah, niki enak sambil tangan
menggerayangi meja hingga hanya bersisa puing-puing remah roti yang menyedihkan. Apa daya
Pak Kozim cuma bisa bilang "monggo" -adegan kelaparanpun menjadi
sangat memalukan untuk diceritakan.
Belum lagi saat itu sedang ngetren dengan kata kalut karena sang Kapolda Indro (yang kukenal sejak 2013 hingga
detik ini tak pernah kutahu nama sebenarnya) mbingungi dan cen sumpah rodo oon
tenan. Kapolda ra dongan. Bagaimana tidak? Masak nggropyok orang pacaran di
lapangan X ngaku Polda Depok Timur! Depokkan polres to yo. Gila lu Ndro hahaha....
Akupun tidak akan menyucikan diri
sebagai orang yang sok baik. Saat insiden penghianatan berdarah mantan hingga membawaku kabur seorang diri ke Jakarta dan Bogor, 3 manusia ini yang
setia menunggu saya di Jogja. Bahkan, jam 7 pagi landing, jam 10 sudah dijemput
paksa untuk ketemu dengan alasan yang sangat klasik: Lutisan. Aslinya? Yakin
banget kalian kangen aku yang eksotis! hihihi....hahahaha...
Lain sebab lain akibat. Kosa kata "memang Tuhan bisa
dikreditpun" sebenarnya punya cerita tersendiri. Saat itu saya sedang
berantem dengan mantan dan itulah salah
satu dialog yang membuat 3 orang ini mengabadikannya terus-menerus hingga saat
ini. Belum lagi kalimat-Cukup Ani! Oh, tidak Roma!-yang ikut meramaikan cerita hingga camping di Pantai Sundak hahaa... (Yang ini cut saja ceritanya ups hahahahaha....)
Di situ saja? Tentu saja tidak! jauh
ketika ngopi menjadi agenda resmi, semua orang kena perangkap buka kartu yang
mengharuskan semua mengaku kebodohan, kekonyolan, dan kegilaan dengan para
mantan. Adegan penghakiman atas kekalahan dengan memakai heels dan tas cewek
mondar-mandir di keramaian 0 km menjadi hal yang manis untuk diingat.
Gak cuma
di situ! Gegara seorang teman gak ada kabar, sore-sore diniati datang di
Trowono. Informasi terakhir yang bersangkutan sakit dan harus banyak istirahat
karena kondisi tubuhnya yang lemah. Sepanjang perjalanan itu kami saling
merapal doa dan berpakaian serba hitam. Kata-kata berduka sudah disusun
sedemikian rupa. Setelah 1 jam perjalanan akhirnya rumah si empu yang menjadi
sasaranpun didatangi dengan jeduk-jeduk jeder-jeder. Tak dinyana, ternyata dia
sehat wal afiat tanpa kurang dupa. Pernyataan terakhirnya: maaf hp mati
sekiranya sudah menjadi jawaban terbaik dan cukup mewakili. Ya awoh paringono
sabar...
Komentar
Posting Komentar